Berjalan Kaki ke Sekolah: Perspektif Islam dan Langkah Kebijakan untuk Kesehatan dan Keselamatan

Sinjai, sinjai.wahdah.or.id -- Sebagai seorang kepala sekolah dan pendidik, saya kerap merenung tentang bagaimana membentuk generasi muda yang sehat, cerdas, dan bertanggung jawab. Di tengah gaya hidup serba cepat saat ini, tidak sedikit siswa yang lebih memilih menggunakan sepeda motor untuk pergi ke sekolah. Ironisnya, banyak dari mereka belum cukup umur untuk berkendara, sebuah kondisi yang bertentangan dengan aturan hukum dan juga membahayakan keselamatan mereka sendiri serta pengguna jalan lainnya.

Dalam Islam, kita diajarkan bahwa tubuh adalah amanah dari Allah yang wajib dijaga. Rasulullah SAW menekankan pentingnya menjaga kesehatan, karena tubuh yang sehat adalah bagian dari nikmat Allah yang patut disyukuri. Salah satu cara menjaga tubuh tetap sehat adalah dengan membiasakan aktivitas fisik, seperti berjalan kaki. Bagi pelajar, berjalan kaki ke sekolah bukan hanya lebih aman dan sehat, tapi juga melatih kemandirian dan disiplin.

Dari sisi medis, berjalan kaki memberi banyak manfaat: memperkuat jantung, menjaga berat badan ideal, menguatkan tulang dan sendi, serta meningkatkan suasana hati. Bagi remaja yang sedang mengalami masa transisi emosional dan psikologis, aktivitas fisik seperti ini sangat bermanfaat untuk menjaga kestabilan mental.

Lebih dari itu, aspek hukum juga tak bisa diabaikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, usia minimum untuk mengendarai kendaraan bermotor adalah 17 tahun dan harus memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Namun di lapangan, pelanggaran terhadap aturan ini masih marak terjadi. Rasulullah SAW pernah bersabda, “La dharara wa la dhirar” — tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Prinsip ini selaras dengan larangan mengendarai motor sebelum waktunya.

Di Kabupaten Sinjai, data kecelakaan yang melibatkan pelajar dalam dua tahun terakhir menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Pada Desember 2024, dua pelajar SMP mengalami kecelakaan fatal. Sebelumnya, pada Maret 2023, dua remaja tewas akibat balapan liar. Peristiwa-peristiwa ini adalah alarm keras bahwa kita harus segera bertindak.

Peran pemerintah dalam hal ini sangat penting. Fasilitas infrastruktur yang ramah bagi pejalan kaki, seperti trotoar yang aman, lampu penerangan jalan, dan jalur khusus pelajar perlu menjadi prioritas pembangunan. Sosialisasi yang berkelanjutan juga harus dilakukan, baik kepada pelajar maupun orang tua, agar kesadaran akan keselamatan lalu lintas semakin meningkat.

Di tingkat sekolah, kami terus berupaya membangun budaya jalan kaki sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Sekolah bisa berkolaborasi dengan pihak pemerintah dan kepolisian untuk menggelar edukasi berkala tentang keselamatan berkendara dan manfaat aktivitas fisik. Program semacam “Jalan Sehat ke Sekolah” bisa menjadi alternatif kegiatan rutin yang menyenangkan dan mendidik.

Lebih luas lagi, kita harus mengembalikan budaya berjalan kaki sebagai bagian dari kehidupan sosial yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Ini tidak hanya soal fisik, tetapi juga soal membentuk karakter generasi muda yang tertib, tangguh, dan bertanggung jawab.

Sebagai pendidik, saya mengajak seluruh pihak — orang tua, masyarakat, sekolah, dan pemerintah — untuk bersama-sama membangun ekosistem yang mendukung keselamatan dan kesehatan remaja kita. Mari kita jadikan berjalan kaki ke sekolah bukan sebagai keterpaksaan, tetapi sebagai pilihan sadar yang mencerminkan kepedulian terhadap keselamatan, kesehatan, dan masa depan generasi penerus bangsa.