Ketika Dakwah Tak Dihargai: Meneladani Kesabaran Nabi Nuh dan Nabi Musa

Sinjai.Wahdah.Or.Id -- Dakwah adalah kerja cinta. Namun seringkali cinta ini bertepuk sebelah tangan. Seruan kebaikan dibalas dengan cemooh, ajakan menuju Allah dijawab dengan penolakan. Tidak sedikit para penggerak dakwah merasa lelah, putus asa, bahkan tergoda untuk berhenti.

Namun, dalam kondisi seperti ini, mari sejenak menundukkan hati dan menengok sejarah agung para Nabi. Di sana kita temukan dua sosok luar biasa: Nabi Nuh 'alaihis salam dan Nabi Musa 'alaihis salam. Mereka bukan hanya berdakwah, tapi juga menapaki jalan panjang penuh rintangan yang lebih berat dari apa pun yang mungkin kita alami hari ini.

Nabi Nuh: Seribu Tahun Mengetuk Pintu Hati

Perjalanan Dakwah Nabi Nuh sangat mencengangkan. Bukan 9 bulan, bukan 50 tahun, ataupun 100 tahun. Nabi yang mulia ini menyampaikan risalah dari Allah hampir 1000 tahun lamanya-tepatnya 950 tahun. Sebagaimana firman Allah:

"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal di antara mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun..." (QS. Al-‘Ankabut: 14)

Siang dan malam beliau menyeru umatnya untuk beriman, namun yang menjawab hanya segelintir. Bahkan anak dan istrinya sendiri tak mau mengikut.

"Dan tidaklah beriman bersama Nuh kecuali sedikit." (QS. Hud: 40)

Para ulama memang berselisih pendapat mengenai jumlah orang yang beriman kepada Nabi Nuh. Ibnu Katsir sendiri dalam tafsirnya menyatakan bahwa pendapat ulama terbagi kedalam 2 yaitu ada yang mengatakan 80 orang dan ada yang mengatakan hanya 10 orang bahkan kurang. Intinya selama 950 tahun Nabi Nuh berdakwah, pengikutnya tidak mencapai 100 orang .

Bayangkan rasa sedih yang dialaminya. Tapi Nabi Nuh tak menyerah. Ia tidak dakwah karena ingin hasil, tapi karena taat kepada Allah. Ia yakin, tugasnya hanya menyampaikan, bukan memberi hidayah.

Baca Juga:

Apakah Darah Hukumnya Najis? Ini Penjelasan Lengkapnya


Nabi Musa: Tegar Melawan Tirani

Nabi Musa menghadapi penguasa paling zalim sepanjang sejarah: Firaun. Dengan kekuatan militer, kekuasaan, dan propaganda. Firaun bukan lawan yang ringan tapi Musa tidak gentar. Dengan gagah berani Musa menyatakan kebenaran dihadapan raja durjana meskipun nyawa menjadi taruhannya. Hanya Allah yang menjadi tumpuan harapannya.

"Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang sombong yang tidak beriman kepada hari perhitungan."
(QS. Ghafir: 27)

Dan Allah membalas keteguhan itu:

"Janganlah kamu takut, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua (Musa dan Harun), Aku mendengar dan melihat."
(QS. Thaha: 46)

Musa mengajarkan bahwa berdakwah di hadapan kekuasaan bukan mustahil, selama kita yakin Allah bersama kita.

Dakwah Bukan Soal Viral, Tapi Nilai

Kita hidup di zaman yang serba instan. Kita ingin dakwah yang langsung viral, kajian yang langsung penuh, konten yang langsung banjir follower. Tapi dakwah tidak selamanya berjalan dengan cara itu. Terkadang pejuang dakwah telah “jungkir balik” untuk mengajak manusia untuk taat kepada Allah namun tidak sedikit orang yang acuh terhadap ajakan tersebut.

Tapi ingatlah meskipun satu orang yang mengikuti ajakan maka pahala besar telah disiapkan oleh Allah.

"Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun."
(HR. Muslim)

Satu orang yang berubah karena dakwahmu bisa menjadi jalan hidayah bagi ribuan lainnya. Dan engkau tetap mendapat bagian dari pahala itu.

Tetaplah Menyala, Meski Tak Dipuja

Dakwah itu seperti menyalakan lampu kecil di tengah kegelapan. Kadang cahaya kita diabaikan. Tapi ingatlah, yang mencatat bukan manusia, tapi Allah. Tetaplah menyala meskipun hanya sebuah lampu kecil ditengah gelap gulita hutan belantara. Tetaplah menyeru meskipun kemegahan dunia terkadang menutupi cahaya itu.

Dakwah adalah perjuangan panjang. Kadang tak terlihat, tapi selalu bernilai. Jika engkau tak dihargai oleh manusia, maka bergembiralah—karena itu tanda dakwahmu murni karena Allah.

Dakwah Adalah Bukti Cinta

Mengajak orang lain kepada Allah adalah bentuk cinta paling tulus. Cinta kepada Allah, dan cinta kepada umat. Maka teruslah berdakwah, wahai jiwa-jiwa pilihan!

"Dan barang siapa yang berjihad di jalan Kami, niscaya akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-‘Ankabut: 69)

Jangan berhenti. Jangan lelah. Teruslah menyampaikan kebaikan—meski hanya satu kalimat, satu nasihat, satu doa. Karena dakwahmu adalah cahaya.

Dan umat sedang menunggu cahaya itu.

Oleh: Muh Ilham Anugrah Bayu